Wednesday 17 January 2018

Suamiku Tega Menjualku Kepada Temannya | MARKET4D | Judi Togel Online Resmi


Aku sebenarnya tidak tega menagih utang pada kawanku yang satu ini. Namun, karena keadaanku juga sangat mendesak, aku memberanikan diri dengan harapan temanku bisa membayar; minimal separuhnya dulu. Sayang sekali, Fahmi, kawanku yang baru menikah enam bulan yang lalu ini, tak bisa membayar barang sedikit pun. Memang aku mengerti keadaannya. Ia menikah pun karena desakan orang tua Nisa, yang kini jadi istrinya. Fahmi sendiri, sampai saat ini belum punya pekerjaan.


Karena hari sudah larut, aku tahu diri, segera permisi pada Fahmi.
“Sudahlah Mi. Gua gak apa-apa koq. Gua cuma nyoba aja, barangkali ada,” aku menukarnya, takut membuatnya jadi beban pikiran.
Sob, gua mau bisikin sesuatu..’ tiba-tiba Fahmi mendekatkan mulutnya ke arah telingaku. Dan aku benar-benar terkejut, ketika Fahmi menawarkan istrinya untuk kutiduri.
Gila lu.. Anjirrr..” ucapku.
“Sstt.. Jangan berisik. Gua juga kan ingin balas budi sama elu. Soalnya eu udah banyak berbuat baik sama gua. Gak ada salahnya kan, kalau kita saling berbagi kesenangan..” begitulah ucap Fahmi dengan serius.

Memang diam-diam sudah sejak lama aku selalu memperhatikan Nisa. Bahkan aku pun memuji Fahmi, bisa mendapatkan gadis secantik Nisa. Selain posturnya yang tinggi, Nisa memiliki kulitnya yang putih dan mulus. Tubuhnya menggairahkan. Memang selalu terbungkus rapat, dengan baju yang longgar. Namun aku dapat membayangkan, betapa kenyalnya tubuh Nisa.

Baru melihat wajah dan jemari tangannya pun, aku memang suka langsung berkhayal; membayangkan Nisa jika berada di hadapanku tanpa busana. Lalu Nisa kugumuli dengan sesuka hati. Namun untuk berbuat macam-macam, rasanya kubuang jauh-jauh. Karena aku sangat tahu, Nisa itu orang baik-baik, dan keturunan orang baik-baik pula. Lihat saja penampilannya, yang selalu terbungkus sopan dan rapi.

“Lu serius, Mi? Bagaimana dengan Nisa? Apa dia mau?” aku pun akhirnya mulai terbuka.
“Kita pasang strategi, donk! Kalau secara langsung, jelas istri gua kagak bakalan mau,” jawabnya.
“Gimana caranya?” aku penasaran.

Fahmi kembali membisikan lagi rencana gilanya. Aku memang sangat menginginkan hal itu terjadi. Sudah kubayangkan, betapa nikmatnya bersetubuh dengan perempuan cantik seperti Nisa.

Nisa..! Nisa..! Nisaa..!” Fahmi memanggil istrinya.

Dan tanpa selang waktu lama, Nisa ke luar dari dalam kamarnya dengan dandanan yang tetap rapat.

“Ada apa, Bang?” tanya Nisa.
“Tolong belikan rokok ke warung..!” kata Fahmi sambil merogoh uang ribuan ke dalam sakunya.
“Baik, Bang,” Nisa menerima uang itu, lalu ke luar.

Fahmi segera menyuruhku masuk ke dalam kamarnya dan sembunyi ke kolong ranjang. Aku mau saja, berbaring di tembok dingin, di bawah ranjang. Lalu Fahmi ke luar lagi. Pintu kamar, tampak masih terbuka.

Tidak lama kemudian, terdengar suara Nisa yang datang. Mereka bercakap-cakap di ruang tamu. Dan Fahmi mengatakan kalau aku sudah pulang, karena ada ditelepon sama bos-ku. Nisa kedengarannya tidak banyak tanya. Dia tak terlalu mempedulikan kehadiranku. Hingga suara pintu yang dikunci pun, bisa terdengar dengan jelas.

Kulihat dua pasang kaki memasuki kamar. Pintu ditutup. Dikunci pula. Bahkan termasuk lampu pun dimatikan, sehingga mataku tak melihat apa-apa lagi. Yang kudengar hanya suara ranjang yang berderit dan suara kecupan bibir, entah siapa yang mengecup. Lalu ada juga yang terdengar suara sleting celana, dan nafas Nisa yang mulai tak beraturan. Pluk, pluk, pluk.. Sepertinya pakaian mereka mulai dilemparkan ke lantai, satu persatu.

Emh.. Ah.. Uh.. Oh..” Jelas, itu suara milik Nisa.
“Euh.. He.. Euh..” nah kalau itu, suara Fahmi.

Tampaknya mereka sudah mulai bercumbu dengam hebatnya. Ranjang pun sampai bergoyang-goyang begitu dahsyat.

“Emh.. Akh.. Ayo Bang.. Akhhh....ehmmmm.....” suara Nisa membuat nafasku bergerak lebih kencang dari biasanya.

Aku bisa merasakan, Nisa sedang ada dalam puncak nafsunya. Aku sudah tidak tahan mendengar suara dengusan nafas kedua insan yang tengah memadu berahi ini. Hingga aku mulai membuka celanaku, bajuku dan celana dalamku. Aku sudah telanjang bulat. Lalu aku bergerak perlahan, ke luar dari tempat persembunyian, kolong tempat tidur.

Meski keadaan sangat gelap, namun aku masih bisa melihat dua tubuh yang bergumul. Terutama tubuh Nisa, yang putih mulus. Fahmi sudah memasukan kontolnya, dan sedang memompanya turun naik, diiringi desahan nafas yang tersengal-sengal.  Nisa sepertinya lebih menikmati berada di posisi bawah, sambil kedua tangannya memeluk erat tubuh Fahmi, dan kakinya menjepit pantat Fahmi. Aku mulai tidak tahan.

Tiba-tiba Fahmi semakin mempercepat pompaannya. Ranjang bergoyang lebih ganas lagi. Dan suara erangan tertahan Nisa semakin menjadi-jadi.

“Emh, emh, emh, emh.. Ah.. Oh..” Hanya itu yang keluar dari mulut Nisa, karena mulutnya disumpal oleh mulut Fahmi. Dan akhirnya.
“Agh.. Agh..!” suara Fahmi mengakhiri pendakian itu.

Namun tampaknya Nisa belum selesai. Terbukti, kakinya masih menyilang erat, mengunci paha Fahmi, agar tak segera mencabut kontolnya. Tetapi apa hendak dikata, Fahmi sudah lemas. Ia tergolek dengan nafas yang lemah-lunglai.

Kesempatan inilah, saatnya aku harus masuk. Demikian yang direncanakan Fahmi tadi. Maka tanpa ragu lagi, aku segera melompat ke atas ranjang. Meraih tubuh Nisa dan langsung menindihnya. Tentu saja Nisa terpekik kaget.

Siapa Kau..! Kurang ajar..! Pergi..! Ke luar..! jangan..! setaan..!” Nisa berontak. Ia sangat marah tampaknya.
Nisa, aku punya hutang pada kawanku. Berilah ia sedikit kesempatan..” Fahmi yang menjawab, sambil mengelus rambutnya.
Biadab..! Aku tidak mau..! Lepaskan..! brengsek..!” Nisa mendorong tubuhku.

Namun karena nafsuku sudah memuncak, aku tak mungkin menyerah. Kutekan lebih keras tubuhnya, sambil tanganku berusaha menuntun agar kontolku segera masuk. Nisa tetap meronta. Nisa berkali-kali meludahi mukaku. Tetapi aku diam-diam menikmatinya. Bahkan ludahnya malah kusedot dari bibirnya, dan kutelan.

Meskipun liang vagina Nisa sudah licin, namun kontolku tetap agak seret untuk segera menembusnyaNisa terpekik, ketika aku menekan dan memaksakannya sekaligus. Blusss..! Akhirnya masuk juga. Kudiamkan beberapa saat, karena aku ingin mencumbu dulu bibirnya. Nisa tetap berontak, sampai akhirnya kehabisan tenaga. Akhirnya ia hanya diam.

Kurasakan ada air mata yang mengalr dari kedua kelopak matanya. Tetapi aku semakin bernafsu. Kuremas-remas payu daranya yang ternyata memang cukup besar dan begitu kenyal. Lalu aku mulai memompa kontolku. Nisa terpekik kembali. Kasihan juga, aku melihatnya. Sehingga aku bergerak perlahan-lahan, sampai akhirnya vagina Nisa bisa beradaptasi dengan kontolku. Nisa tidak bereaksi. Ia diam saja. Namun aku sangat menikmatinya.

Walaupun Nisa diam, tentunya jauh lebih nikmat dari pada melakukannya dengan patung. Aku terus memompanya, sampai napasku mulai ngos-ngosan. Kucoba menyalurkan nafasku ke arah telinga Nisa. Dan hasilnya cukup bagus. Lama kelamaan, di sela isakan tangisnya, diam-diam kurasakan vaginanya diangkat, seakan Nisa ingin menerima hunjaman kontolku lebih dalam. Tentu saja aku semakin bersemangat. Kupompa lebih cepat lagi. Tiba-tiba isakan tangisnya berhenti, diganti dengan nafasnya yang kian memburu. Dan yang lebih mengagetkan lagi, kakinya tiba-tiba mengunci pantatku. Aku tersenyum, sambil mencumbui telinganya.

“Kau menikmatinya, sayang?” bisikku.
Diam..!” dia membentakku. Namun aku yakin, Nisa hanya tidak mau mengakui kekalahan dirinya. Buktinya, ketika kontolku kucabut, Nisa menekan pantatku. Tangannya pun memeluk tubuhku, agar aku merapatkannya kembali.

Lalu ada suara erangan dari bibirnya yang tertahan. Bersamaan erangan itu, kedua kakinya semakin erat menekan pantatku. Dan vaginanya ditekan pula ke atas. Aku pun sangat terangsang. Hingga detik-detik akhir pun akan segera tiba. Kupeluk erat pula tubuh Nisa. Kugenjot lebih cepat dan lebih keras. Sampai akhirnya tiba pada genjotan yang terakhir. Aku tekan sangat kuat. Kugigit pelan lehernya.

“Agh.. Agh.. Agh..” Maniku keluar di dalam vaginanya. Begitupun Nisa.
“Akh.. Akh.. Akh.. Ss..” begitulah yang keluar dari mulut Nisa.

Lalu kemudian Nisa mendorong tubuhku dan seakan menyesali dan tak mau lagi bersentuhan denganku.



No comments:

Post a Comment

Nikmatnya Memperkosa Rumput Tetangga | MARKET4D | Agen Togel Online Resmi

PEMBURU VAGINA Nikmatnya Memperkosa Rumput Tetangga Minggu kemarin aku mempunyai tetangga baru yang tinggal disamping rumahku. Se...